CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 22 Januari 2009

Proposal

Proposal

KATA PENGANTAR

Masalah peluang bekerja dan berusaha di Indonesia, kini semakin memprihatikan. Terlihat pada jumlah pengangguran semakin membengkak yang tidak tertampung di sektor formal. Dampaknya sebagian dari mereka terjerumus ke dalam tindakan amoral dan kriminalitas. Padahal ketersediaan sumberdaya,misalnya sumberdaya manusia dan sumberdaya alami, banyak yang dimanfaatkan sekaligus kita kelola. Termasuk di antaranya adalah membuka usaha TEMPE secara mandiri khususnya di kawasan pedesaan. Usaha ini telah terbukti mampu mewadai luapan angkatan kerja, mampu memenuhi gizi keluarga, sekaligus dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.
Uraian ini barangkali dapat membantu masyarakat untuk memahami lebih jauh tentang Tempe. Bahwa Tempe sebagai bahan makanan yang dulunya dianggap sepele, ternyataa memberikan nilai gizi tinggi. Kini konsumen Tempe tidak hanya rakyat biasa, melainkan mencangkup pula masyarakat kelas menengah ke atas.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.



Surabaya, 12 Januari 2009



Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .……………... ………………………………………………… i
KATA PENGANTAR .……………..…………………………. ……………………… ii
DAFTAR ISI …..……………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………….………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN MASALAH
1. Program CIVIC bagi “Penganggur Kronis” …………………………… 3
2. Tujuan Program Civic …………………………………………………. 3
3. Suatu Pandangan tentang tujuan organisasi dan
Ukuran keberhasilan ………………………………………………….. 3
4. Memandang tujuan yang dinyatakan dan
Ukuran keberhasilan . …………………………………………………. 5
5. Tujuan Keberhasilan sebagai ungkapan asumsi
Akal sehat kita ………….…………………………………………..... 5
6. Tujuan sebagai dalih untuk berkumpul ..………………………………… 6
7. Tujuan sebagai arena untuk memperjuangkan
Aktivitas organisasi .…………………………………………………. 6
8. Tujuan dan ukuran keberhasilan untuk melindungi
Organisasi dari lingkungan luar ………………………………………. 7
9. Tujuan sebagai prasyarat pemberian dana ……………………………. 7
10. Tujuan dan ukuran keberhasilan adalah baik bagi moral …………… 8
11. Evaluasi keberhasilan program .……………………………………… 9
BAB III KESIMPULAN …………….……………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA .. ……………..………………...………………………………. 17


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Tempe kedelai adalah bahan makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang yang berupa padatan yang berbau khas yang berwarna putih keabu-abuan. Seiring perkembangan pengetahuan dan kemajuan teknologi, maka kini tempe tidak hanya dibuat dari kedelai, tetapi juga dari bahan-bahan lain. Adapun bahan-bahan lain yaitu seperti kecipir maka dikenal tempe kecipir, kemudian lamtoro (tempe lamtoro), kara benguk (tempe kara benguk), ampas kacang tanah (tempe bungkil), ampas tahu (tempe gembus), turi (tempe turi) dan sebagainya. Dengan demikian diperkirakan posisi tempe kedelai adalah tempe tertua di antara sederajat pertempean tadi. Sehingga penyebutan kata “tempe” saja memberikan kesan tempe yang berbahan baku dari kedelai.
Telah diakui dunia bahwa, tempe itu makanan asli Indonesia yang kandungan gizinya patut diperhitungkan. Entah sejak kapan tempe mulai dibuat dan dinikmati orang, tapi ternyata dalam Serat Centini yang diterbitkan tahun 1815 di Keraton Solo telah menyebutkan bahwa, orang Jawa memiliki budaya makan tempe. Kemudian dewasa ini, para ahli di Jepang dan Amerika Serikat tertarik melakukan penelitian tempe, terutama berkaitan dengan teknologi fermentasi.
Cara pemanfaatan tempe cukup luwes. Hanya digoreng saja, sudah dapat dinikmati rasanya yang gurih. Selain digoreng untuk lauk, tempe dapat dijadikan untuk makanan lain seperti disayur lodeh, oseng-oseng, kering tempe, ataupun dimasak lebih modern untuk dijadikan tempe burger, rol lade tempe, perkedil tempe pedas, pepes tempe pedas, stick tempe dan sebagainya.
Tempe semakin digemari orang bukan hanya rasanya yang gurih dan lezat, juga memang sarat dengan gizi. Kadar protein dalam tempe 18,3 gram per 100 gram tempe merupakan alternatif sumber protein nabati, yang kini semakin populer dalam gaya hidup manusia modern. Kecuali itu, tempe mengandung beberapa asam amino yang dibutuhkan tubuh manusia.
Dengan melihat kandungan gizi tersebut, yang dulunya tempe hanya dijadikan konsumsi kelas rakyat, namun sekarang sudah dinikmati segala lapisan-bahkan di restoran elit dan hotel berbintang pun tak luput menyajikan tempe dalam ragam penyajian yang lebih canggih.
Peluang pasar tempe yang prospektif ini, kiranya dapat mendorong dan memacu perajin tempe untuk lebih dapat memanfaatkan peluang tersebut. Tidak menutup kemungkinan kesempatan berusaha tempe ini mengundang orang-orang lain yang selama ini belum memahami dunia pertempean. Memang bagaimanapun, usaha tempe kedelai ini menjajikan keuntungan.

B. Rumusan Masalah
1. Bahan dan Peralatan ?
(a) Kebutuhan Bahan
(b) Kebutuhan Peralatan
2. Cara Membuat Tempe ?
3. Analisis Usaha Tempe ?:
4. Sasaran Pemasaran ?


BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

Sebelum usaha tempe kedelai ini kita lakukan, tentu diawali dengan langkah-langkah persiapan, yaitu : menyiapkan kebutuhan bahan maupun peralatan. Kebutuhan bahan dapat dipilah menjadi dua, yaitu (a) bahan baku berupa kedelai, dan (b) bahan pembantu berupa laru, daun pisang atau kertas, dan kayu bakar. Sedangkan kebutuhan peralatan akan dijelaskan setelah kita membahas kebutuhan bahan.
1. BAHAN DAN PERALATAN
(a) KEBUTUHAN BAHAN
1. Bahan Baku
Bahan baku tempe kedelai ialah biji kedelai. Dalam praktik, bahan baku ini sering dianggap sepele, sehingga akibatnya ptoduk tempe yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya perajin tempe masih sering menggunakan “asal kedelai” tanpa memperhitungkan kualitasnya dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi tempe.
a. Jenis Kedelai
Jenis kedelai dapat dipilah menjadi 4 macam, yaitu : kedelai kuning, kedelai hitam, kedelai hijau, kedelai coklat. Macam-macam jenis kedelai dapat didefinisikan sebagai berikut :
a.1. Kedelai kuning adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna kuning, putih atau hijau. Apabila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning pada irisan keeping bijinya.
a.2. Kedelai hitam adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hitam.
a.3. Kedelai hijau adalah kedelia yang kulit bijinya berwarna hijau, bila dipotong melintang memperlihatkan warna hijau pada irisan keping bijinya.
a.4. Kedelai cokelat adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna cokelat.
b. Biji Kedelai
Bentuk biji kedelai tergantung kultivarnya, yakni dapat berbentuk bulat, agak gepeng, dan sebagian besar bulat telur. Sedangkan besar dan bobotnya dibedakan menjadi tiga yakni :
b.1. Kedelai berbiji besar bila bobot 100 bijinya lebih dari 13 gram.
b.2. Kedelai berbiji sedang bila bobot 100 bijinya antara 11-13 gram.
b.3. Kedelai berbiji kecil bila bobot 100 bijinya antara 7-11 gram.
Biji kedelai terdiri daru dua bagian, yakni : kulit biji (testa), dan janin (embrio). Kulit biji ini beragam warna ada yang kunin, hijau, cokelat, hitam, atau caampuran di antara warna-warna tersebut. Kulit biji tersebut terdiri dari tiga bagian lapisaan sel. Sementara itu, janin terdiri dari kotiledon, plumula, dan poros hipokotil-bakal akar. Kotiledon merupakan bagian terbesar dari biji kedelai, berisi bahan makanan yang sebagian besar terdiri dari protein dan lemak.
c. Syarat Mutu
Untuk mendapatkan tempe berkualitas prima, kita harus memperhatikan sarat mutu biji yang hendak kita gunakan sebagai bahan baku.
c.1. Syarat Umum
c.1.1. Bebas dari sisa tanaman (kulit polong, potongan batang atau ranting), batu,kerikil, tanaah, atau biji-bijian lain.
c.1.2. Biji kedelai tidak luka atau bebas serangan hama dan penyakit.
c.1.3. Biji kedelai tidak memar atau retak.
c.1.4. Biji kedelai tidak keriput.
c.2. Syarat Pokok
Tingkat mutu kedelai dapat dipilah menjadi tiga, yakni : mutu I, mutu II, mutu III.1

1SK Mentan No. 501/Kpts/TP.830/8/1984

2. Bahan Pembantu
a. Laru Daun
Pada proses pembuatan tempe kedelai pastilah kita melakukan peragian. Ragi atau laru tempe antara lain didaptkan dari daun waru, daun jati, ataupun daun pisang bekas pembungkus tempe. Namun demikian, tidak seluruh permukaan daun tersebut mengandung laru, dan karena itu bagian yang terdapat laru dipisahkan, sedang sisa daun lainnya dibuang. Setelah itu, laru daun diremas-remas, lalu dicampurkan ke dalam biji kedelai yang hendak diperkirakan membutuhkan 2 atau 3 lembar daun yang mengandung laru.
Dalam praktik, kadang-kadang kita kesulitan memperoleh laru daun. Sementara itu kelemahan penggunaan laru daun ini adalah tidak dapat disimpan lama dan julmah pemakaiannya sulit dipastikan. Oleh karena itu, penyelesaiannya dengan pembuatan laru berbentuk tepung. Laru demikian ini dapat dbeli di pasar, atau justru kita membuat sendiri sembari memupuk jiwa wiraswasta.
b. Membuat Laru Tempe
Bahan-bahan yang digunakan meliputi tempe segar, beras, tepung terigu dan air. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan meliputi besek bambu, sendok, wajan, lumpang dan alu, ayakan, baskom, dan kompor.
Cara membuat : pertama-tama tempe segar diiris-iris tipis, lalu dijemur hingga kering. Dari irisan tipis tempe kering ditumbuk menjadi tepung, kemudian diayak halus.
Ambil beras lalu ditanak menjadi nasi. Setelah nasi dingin dicampur dengan tepung temp, kemudian diaduk sampai merata. Perbandingan nasi dengan tepung tempe adalah 1:1. Campuran nasi dan tepung tempe diperam. Caranya, campuran tersebut dibungkus daun pisang lalu dimasukkan ke dalam besek tertutup selama semalam. Esok paginya dilihat apakah nasi sudah ditumbuhi kapang (jamur). Nasi ini dijemur sampai kering, selanjutnya ditumbuk dan akhirnya diayak halus.
Ambil juga tepung terigu lalu disangrai. Setelah itu, tepung terigu dicampur dengan tepung nasi yang telah ditumbuhi kapang, dengan perbandingan 18:1. Jadilah sudah laru tempe, yang siap dugunakan sebagai inokulan dalam pembuatan tempe. 2

2 Haryoto, Tempe Kecipir, Yayasan Dian Desa, Majalah Tarik Th III No. 33, Yogyakarta, hlm. 10-19
(b) KEBUTUHAN PERALATAN
Mengingat usaha tempe ini biasanya dikerjakan secara tradisional dan ditekuni penduduk di pedesaan, maka peralatan yang dipersiapkan sebaiknya dari sumber daya setempat. Artinya, mudah dijangkau dan murah biayanya. Adapun peralatan yang dibutuhkan meliputi :
b.1. Tungku, digunakan untuk dapur memasak kedelai. Sebagian besra perajin tempe masih memakai tungku ala kadarnya, dan kurang memperhatikan nilai ekonomi dan lingkungan terhadpa kayu bakar yang digunakan. Kini sudah saatnya dirancang bangunkan sebuah tungku yang hemat energi.
b.2. Timbangan, digunkan untuk menimbang bahan-bahan yang hendak dikerjakan.
b.3. Panci, digunakan untuk merebus, meredam dan menguliti kedelai.
b.4. Ember, digunakan untuk mencuci dan meredam kedelai.
b.5. Tampah, digunakan untuk menampi, mendinginkan, meniriskan maupun tempat melakukan peragian.
b.6. Dandang, digunakan untuk menanak atau merebus kedelai.
b.7. Tenggok, yang terbuat dari anyaman bambu digunakan untuk memeram.
Karung Goni, digunakan untuk menutup kedelai yang diperam di dalam tenggok.3

3Standar Industri Indonesia. 0271-80
2. CARA MEMBUAT TEMPE
Pada dasarnya cara membuat tempe kedelai terdiri dari dua bagian besar, yaitu : proses pemasakan kedelai, dan dilanjutkan dengan proses fermentasi. Namun untuk menuju ke tindakan konkret dan rinci dalam pembuatan tempe ini, perlu ditempuh beberapa langkah sebagai berikut :
1. Penyortiran
Siapkan biji kedelai yang tua. Biji-biji tersebut disortir untuk memperoleh produk tempe kualitas prima. Caranya, biji-biji kedelai diletakkan pada tampah kemudian ditampi.
2. Pencucian I
Biji-biji kedelai dimasukkan ke dalam ember berisi air, dan akan lebih baik bila dicuci pada air yang mengalir. Dengan pencucian ini, kotoran-kotoran yang melekat maupun yang tercampur di antara biji dapat hilang.
3. Perebusan I
Perebusan pertama ini hanya berlangsung sekitar 30 menit. Caranya, biji kedelai dimasukkan kedalam panci, lalu direbus diatas tungku sampai biji kedelai tersebut setengah matang.
4. Peredaman
Setelah perebusan dirasakan cukup, kedelai rebesanterebut dibiaerkan teremdam semalam sehingga menghasilkan kondisi asam, Tujuannya, disamping melunakkan kedelai adalah untukmencegah pertumbuhan bakteri pembusuk selama fermentasi.
5. Pengupasan Kulit
Keeseokan harinya dilakukan pengupasan kulit ari. Caranya, kedelai diremas-remas dalam air, kemudian dikuliti dan terjadilah keping kedelai.
6. Pencucian II
Sekali lagi keping kedelai dicuci. Caranya, mirip seperti mencuci beras yang hendak ditanak.
7. Perebusan II
Perebusan tahap keduaa ini lebih tepat dilakukan seperti menanak nasi, hingga keping kedelai menjadi matang. Tujuannya adalahi untuk membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh selama perendaman.
8. Penirisan dan Pendinginan
Kedelai diambil dari dandang, diletakkan diatas tampah dan diratakan tipis-tipis. Biarkanlah dingin sampai permukaan keping kedelai kering dan airnya menetes habis.

9. Peragian
Tahap peragian ini memegang peranan penting, berhasil tidaknya membuat tempe kedelai. Sebab, tempe ini dihasilkan dari kedelai yang diolah secara fermentasi dengan menggunakan candawan jenis Rhizopus sp. Cendawan atau kapang ini diperoleh daru laru,baik berupa laru maupun laru tempe atau tepung ragi. Sebagai ancer-ancer: untuk 1 Kg kedelai dibutuhkan 1 gram laru. Namun sesungguhnya, jumlah laru yang diberikan bergantung pada cuaca. Adapun sejauh mana variable cuaca mempengaruhi kuantitas penggunaan laru,ternyata perlu diteliti lebih memdalam lagi.
Cara peragian, laru diusap-usapkan atau dicampur dan diaaduk bersama kedelai hingga merata benar. Setelah itu, diangin-anginkan sebentar.
10. Pembungkusan
Kedelai yang sudah bercampur merata dengan laru dibungkus. Ada yang membungkus dengan daun pisang, terkadang bagian luarnya masih dilapisi kertas. Pekerjaan ini memerlukan satu per satu.Ada pula yang membungkus dengan plastic, dengan ukuran lebih besar dan memanjang.
11. Pemeraman
Akhirnya kita melakukan pemeraman. Bila pembungkusnya daun, maka pemeraman dilakukan didalam tenggok yang ditutup karung goni. Namun, bila pembungkusnya plastic, makapemeraman dilakukan diatas kajang-kajang bambu yang diletakkan pada rak-rak.
Setelah diperam semalam, biasanya kita lakukan penusukan dengan lidi pada plastic pembungkus tersebut. Tujuannya agar udara segar dapat masuk kedalam bahan tempe. Setyelah itu diperam satu malam lagi, dan esok pagi jadilah tempe yang siap dikonsumsi atau dijual.4

4B. Serwono, Membuat Tempe dan Oncom, Penebar Swadaya, Jakarta, 1991,hlm.13-15
3. ANALISIS USAHA TEMPE
Mari kita mencoba menghitung mulai dari target produksi tempe kedelai yang diharapkan, lalu kebutuhan biaya termasuk investasi peralatan, dan akhirnya keuntungan yang didapatkan. Namun sebelumnya, tentu kita telah mempersiapkan dan merencanakan kegiatan usaha tempe ini :
o Nama Produk : tempe kedelai
o Kebutuhan bahan baku per hari 15 Kg kedelai
o Hasil produksi tempe per hari 750 bungkus
o Harga tempe per bungkus Rp. 25,00
o Perode produksi 1 bulan = 25 hari kerja
Dengan demikian dalam waktu satu bulan dapat dihitung sebagai berikut :
a. Outflow (Produksi)
• Produksi tempe per bulan = 25 x 750
= 18.750 bungkus
• Nilai produksi per bulan = 18.750 x Rp. 25,00
= Rp. 468.750,00
b. Kebutuhan Peralatan5
No. Nama alat Jumlah Nilai Umur Penyusutan
1. Tungku 1 buah Rp. 25.000,00 2 tahun Rp. 1.042,00
2. Panci 2 buah Rp. 10.000,00 2 tahun Rp. 417,00
3. Ember 2 buah Rp. 16.000,00 2 tahun Rp. 667,00
4. Tampah 2 buah Rp. 2.000,00 1 tahun Rp. 167,00
5. Tenggok 2 buah Rp. 6.000,00 1 tahun Rp. 500,00
6. Karung goni 5 buah Rp. 3.000,00 1 tahun Rp. 250,00
7. Dandang 2 buah Rp. 20.000,00 2 tahun Rp. 833,00
T o t a l Rp. 82.000,00 Rp. 3.876,00

5Standar Industri Indonesia. 0271-80
c. Inflow (Biaya-biaya)
1. Penyusutan alat = Rp. 3.876,00
2. Sewa tempat/gudang = Rp. 7.124,00
3. Kedelai = 15 x 25 x Rp. 850,00 = Rp. 318.750,00
4. Laru = 0,375 kg x Rp. 4.000,00 = Rp. 1.500,00
5. Kayu bakar = 25 x Rp. 1.000,00 = Rp. 25.000,00
6. Daun pisang dan kertas
7,5 x Rp. 200,00 = Rp. 1.500,00
7. Tenaga kerja :
- Penyotiran =
6 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 6.000,00
- Peredaman =
6 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 6.000,00
- Perebusan =
6 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 6.000,00
- Pencucian =
6 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 6.000,00
- Peragian =
8 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 8.000,00
- Pembungkusan =
8 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 8.000,00
- Pemeraman =
8 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 8.000,00
Subtotal (7) = Rp. 48.000,00
8. Total biaya (1 s/d 7 ) = Rp. 405.750,00

d. Keuntungan6
1. Nilai produksi = Rp. 468.750,00
2. Total biaya = Rp. 405.750,00
3 Keuntungan per bulan = Rp. 63.000,00

6FL. Widie Kastyanto, Anggaran Pengeluaran dan Keuntungan Produksi, 1984.
4. SASARAN PEMASARAN
Tempe merupakan nama yang tidak asing lagi bagi masyarakat kita, dari tingkat pedesaan hingga tingkat kota. Kini konsumen tempe tidak hanya rakyat biasa, melainkan mencangkup pula masyarakat kelas menengah ke atas. Hampir setiap hari dari berbagai pengelola produksi tempe terus memproduksi usahanya tersebut, maka tak heran lagi bila kita menemui tempe dari berbagai bentuk dan ukurannya. Disamping nilai gizinya tinggi juga harganya pun murah, serta mudah memperolehnya.
Dengan melihat kandungan nilai gizi tersebut, yang dulunya tempe hanya dijadikan konsumsi kelas rakyat, namun sekarang sudah dinikmati segala lapisan-bahkan di restoran elit dan hotel berbintang pun tak luput menyajikan tempe dalam ragam penyajian yang lebih canggih.
Target yang kami tuju dari produksi tempe ini adalah Swalayan, Pasar, hingga pedagang asongan. Kami yakin untuk tahun-tahun berikutnya produksi kami akan meningkat, hal ini disebabkan karna mayoritas masyarakat kita merespon positif tentang tempe, jika produksi kami meningkat, kami akan mentargetkan atau memasarkan ke dunia Internasional. Hal ini disebabkan karena sebagian masyarakat dunia pernah merasakan kelezatan dari tempe tersebut, maka tak heran jika masyarakat dunia terutama Amerika Serikat, Jepang, Korea ingin meneliti pembuatan tempe tersebut. Selain usaha tempe kami terkenal, nama bangsa kita akan dikenal di dunia Internasional.
Peluang pasar tempe yang prospektif ini, kiranya dapat mendorong dan memacu parajin tempe untuk dapat lebih memanfaatkan peluang tersebut. Tidak menutup kemungkinan kesempatan berusaha tempe ini mengundang orang-orang lain yang selama ini belum memahami dunia pertempean, usaha tempe kedelai ini menjajikan keuntungan.


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan antara lain :
1. Bahan dan peralatan dalam produksi tempe mempunyai berbagai jenis ragam, baik dari segi bahan maupun peralatan. Namun keduanya saling terkait, bila salah satu unsur diatas tidak maksimal didalam praktik/proses pembuatan tempe, serta tanpa memperhitungkan kualitasnya dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi tempe, maka hasilnya pun tidak optimal.
2. Cara membuat tempe pada dasarnya terdiri dari dua bagian besar yaitu : proses pemasakan kedelai,dan dilanjutkan dengan proses fermentasi.
Untuk mendapatkan hasil tempe yang optimal, haruslah sesuai dengan langkah-langkah dalam pembuatan tempe yang tertera pada uraian di atas.
3. Analisis usaha tempe merupakan salah satu unsur yang penting, sebelum melangkah ke proses pembuatan tempe, jadi kita bisa mengetahui target biaya yang dikeluarkan maupun keuntungan yang kita peroleh, dari sisi ini kita bisa mengetahui berapa jumlah anggaran yang masuk dan keluar per bulannya.
4. Sasaran pemasaran merupakan target yang perlu dipertimbangkan, dari sini kita bisa mengetahui responden masyarakat tentang usaha tempe ini, jika responden masyarakat positif, maka akan mempengaruhi nilai keuntungan yang maksimal.

2. Saran
Peluang pasar tempe yang prospektif ini, kiranya dapat mendorong dan memacu perajin tempe untuk lebih dapat memanfaatkan peluang tersebut. Tidak menutup kemungkinan kesempatan berusaha tempe ini mengundang orang-orang lain yang selama ini belum memahami dunia pertempean. Memang bagaimanapun, usaha tempe memang menjajikan keuntungan.


DAFTAR PUSTAKA



Anonymous, Agricultural Compendium for Rural Development in the Tropics and Subtropics, Ilaco, Amsterdam-Oxford-New York, 1981, hlm. 481.

B. Sarwono, Membuat Tempe dan Oncom, Penebar Swadaya, Jakarta, 1991, hlm. 13-15.

FL. Widie Kastyanto, Membuat Tempe, Penebar Swadaya, Jakarta 1990, hlm. 28.

Haryoto, Tempe Kecipir, Yayasan Dian Desa, Majalah Tarik Th III No. 33, Yogyakarta, hlm. 10-19

Hermana, “Pengolhan Kedelai Menjadi Berbagai Bahan Makanan” dalam Kedelai, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor, 1985, hlm. 441-469.

Made Astawan dan Mita Wahyuni Astwan, Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna, Akademika Pressindo, Jakarta, 1991, hlm. 94-96 & 102-107.

0 komentar: