CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 22 Januari 2009

E entrepreneurship

Kuliah Entrepreneurship

Hari Selasa kemarin (27 November 2007), kelas Konsep Teknologi kami (6 kelas paralel) dan kelasnya pak Dwilarso dari Sekolah Bisnis dan Management ITB digabung di Aula Timur ITB. Ini merupakan sebuah sejarah karena kuliah dari mahasiswa teknik dan bisnis digabung menjadi satu! Lebih dari 400 mahasiswa ada di Aula Timur itu. Kuliah kali ini menghadirkan pak Buntoro untuk menceritakan tentang entrepreneurship.

Pak Buntoro ini adalah pimpinan dari perusahaan PT Mega Andalan Kalasan (MAK) yang meproduksi peralatan rumah sakit. Kompas edisi 14 November 2007 yang lalu memasukkan dia ke dalam 14 orang calon entrepreneur Indonesia 2007. Cerita (biografi) pak Buntoro ini ada dalah buku yang berjudul “Never Ending Journey”.

Pak Buntoro merupakan salah satu dari 11 entrepreneur yang masuk ke dalam calon pemenang Entrepreneur Award 2007. [Kemarin, tanggal 28 Nov 2007, telah diumumkan pemenangnya; yaitu pak Ciputra.]

Isi dari kuliah ini campur antara penjelasan dari pak Buntoro dan tanya jawab dengan mahasiswa. Banyak penjelasan dari pak Buntoro (dan saya) yang mungkin berbeda dengan buku teks atau buku yang pernah dibaca oleh mahasiswa. Berikut ini ada beberapa hal yang menarik.

Kegagalan. Bagi seorang entrepreneur, kegagalan adalah sebuah keniscayaan. Gagal di sini digunakan untuk bangkit kembali dan menambah pengalaman untuk mencapai hal yang lebih baik (lebih sempurna). Kegagalan bukanlah sebuah aib. Ini biasa. Nah, mumpung masih jadi mahasiswa (apalagi di tingkat awal), ada banyak waktu untuk melakukan eksperimen dan melewati kegagalan-kegagalan yang kecil. Mumpung masih muda.

Ketika ditanya kegagalan apa yang paling besar, pak Buntoro menjawab bahwa banyak “kegagalan” yang harus dilalui tetapi secara total tidak menjadi kegagalan. Jika diukur dari tolok ukur produktifitas, misalnya (sambil menunjukkan grafik), tetap menaik secara total. Jadi tidak ada yang terlalu masalah.

Kapitalisme dan keberpihakan kepada masyarakat. Ada mahasiswa yang bertanya bahwa entrepreneur itu terlalu kapitalis dan tidak berpihak kepada masyarakat. Apakah betul? Entrepreneur memang tidak bisa dipisahkan dengan kapitalis, tetapi entrepreneur yang sejati dia punya hati. Ketika dia membangun usahanya dia mulai dari bawah, beserta orang-orang kecil, dan terus hingga besar dia tidak lupa itu. Biasanya entrepreneur yang besar mulai dari kecil masih tetap mempunyai hati.

Ada mahasiswa yang mengatakan bahwa jangan khawatir dengan masalah sosial karena perusahaan besarpun punya CSR (Corporate Social Responsibility). Namun pak Buntoro tidak sepakat. Dia mengatakan bahwa dana CSR yang dikeluarkan oleh perusahaan besar itu lebih berupa “permen”. Dana yang dikeluarkan perusahaan kecil kepada masyarakat lebih memiliki nilai. (Ini berdasarakan persentase dari dana yang dikeluarkan dan aset / revenue dari perusahaan tersebut.) Jadi perusahaan kecil malah lebih bertanggung jawab kepada masyarakat.

Ada yang bertanya mengenai management profesional dan entrepreneurship. Pak Buntoro mengatakan bahwa entrepreneur tidak membutuhan management profesional, setidaknya pada taraf awal. Jika kita baru membuat sebuah usaha, tidak perlu kita buat direktur keuangan, atau direktur yang lainnya. Selama semuanya bisa ditangani sendiri, ya ditangani sendiri saja. Jika memang sudah membutuhkan bantuan dari orang lain, ya baru meminta bantuan.

Saya sendiri mengatakan bahwa ada beda seseorang yang entrepreneur dan profesional. Jika saya tiba-tiba diangkat menjadi direktur PT Indosat, misalnya, maka saya adalah seorang profesional bukan entrepreneur. Perusahaan sudah ada, saya tinggal menjalankannya. Mudah-mudahan jelas perbedaannya ya.

Entrepreneurship memang tidak wah. Pada kenyataannya memang demikian.

Saya sendiri dan pak Buntoro masih memiliki sebuah kompetisi, yaitu berlomba-lomba mensukseskan daerah masing-masing. Saya tetap mendorong dengan konsep BHTV di daerah Bandung Raya, pak Buntoro dengan konsepnya sendiri di daerah Yogya dan sekitarnya. Kami masih bertarung; berkompetisi dan berkolaborasi.

Masih ada banyak hal lain dalam catatan saya, namun sudah terlalu panjang dan saya agak terburu-buru. Lain kali saya ulas lagi.

Proposal

Proposal

KATA PENGANTAR

Masalah peluang bekerja dan berusaha di Indonesia, kini semakin memprihatikan. Terlihat pada jumlah pengangguran semakin membengkak yang tidak tertampung di sektor formal. Dampaknya sebagian dari mereka terjerumus ke dalam tindakan amoral dan kriminalitas. Padahal ketersediaan sumberdaya,misalnya sumberdaya manusia dan sumberdaya alami, banyak yang dimanfaatkan sekaligus kita kelola. Termasuk di antaranya adalah membuka usaha TEMPE secara mandiri khususnya di kawasan pedesaan. Usaha ini telah terbukti mampu mewadai luapan angkatan kerja, mampu memenuhi gizi keluarga, sekaligus dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.
Uraian ini barangkali dapat membantu masyarakat untuk memahami lebih jauh tentang Tempe. Bahwa Tempe sebagai bahan makanan yang dulunya dianggap sepele, ternyataa memberikan nilai gizi tinggi. Kini konsumen Tempe tidak hanya rakyat biasa, melainkan mencangkup pula masyarakat kelas menengah ke atas.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.



Surabaya, 12 Januari 2009



Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .……………... ………………………………………………… i
KATA PENGANTAR .……………..…………………………. ……………………… ii
DAFTAR ISI …..……………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………….………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN MASALAH
1. Program CIVIC bagi “Penganggur Kronis” …………………………… 3
2. Tujuan Program Civic …………………………………………………. 3
3. Suatu Pandangan tentang tujuan organisasi dan
Ukuran keberhasilan ………………………………………………….. 3
4. Memandang tujuan yang dinyatakan dan
Ukuran keberhasilan . …………………………………………………. 5
5. Tujuan Keberhasilan sebagai ungkapan asumsi
Akal sehat kita ………….…………………………………………..... 5
6. Tujuan sebagai dalih untuk berkumpul ..………………………………… 6
7. Tujuan sebagai arena untuk memperjuangkan
Aktivitas organisasi .…………………………………………………. 6
8. Tujuan dan ukuran keberhasilan untuk melindungi
Organisasi dari lingkungan luar ………………………………………. 7
9. Tujuan sebagai prasyarat pemberian dana ……………………………. 7
10. Tujuan dan ukuran keberhasilan adalah baik bagi moral …………… 8
11. Evaluasi keberhasilan program .……………………………………… 9
BAB III KESIMPULAN …………….……………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA .. ……………..………………...………………………………. 17


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Tempe kedelai adalah bahan makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang yang berupa padatan yang berbau khas yang berwarna putih keabu-abuan. Seiring perkembangan pengetahuan dan kemajuan teknologi, maka kini tempe tidak hanya dibuat dari kedelai, tetapi juga dari bahan-bahan lain. Adapun bahan-bahan lain yaitu seperti kecipir maka dikenal tempe kecipir, kemudian lamtoro (tempe lamtoro), kara benguk (tempe kara benguk), ampas kacang tanah (tempe bungkil), ampas tahu (tempe gembus), turi (tempe turi) dan sebagainya. Dengan demikian diperkirakan posisi tempe kedelai adalah tempe tertua di antara sederajat pertempean tadi. Sehingga penyebutan kata “tempe” saja memberikan kesan tempe yang berbahan baku dari kedelai.
Telah diakui dunia bahwa, tempe itu makanan asli Indonesia yang kandungan gizinya patut diperhitungkan. Entah sejak kapan tempe mulai dibuat dan dinikmati orang, tapi ternyata dalam Serat Centini yang diterbitkan tahun 1815 di Keraton Solo telah menyebutkan bahwa, orang Jawa memiliki budaya makan tempe. Kemudian dewasa ini, para ahli di Jepang dan Amerika Serikat tertarik melakukan penelitian tempe, terutama berkaitan dengan teknologi fermentasi.
Cara pemanfaatan tempe cukup luwes. Hanya digoreng saja, sudah dapat dinikmati rasanya yang gurih. Selain digoreng untuk lauk, tempe dapat dijadikan untuk makanan lain seperti disayur lodeh, oseng-oseng, kering tempe, ataupun dimasak lebih modern untuk dijadikan tempe burger, rol lade tempe, perkedil tempe pedas, pepes tempe pedas, stick tempe dan sebagainya.
Tempe semakin digemari orang bukan hanya rasanya yang gurih dan lezat, juga memang sarat dengan gizi. Kadar protein dalam tempe 18,3 gram per 100 gram tempe merupakan alternatif sumber protein nabati, yang kini semakin populer dalam gaya hidup manusia modern. Kecuali itu, tempe mengandung beberapa asam amino yang dibutuhkan tubuh manusia.
Dengan melihat kandungan gizi tersebut, yang dulunya tempe hanya dijadikan konsumsi kelas rakyat, namun sekarang sudah dinikmati segala lapisan-bahkan di restoran elit dan hotel berbintang pun tak luput menyajikan tempe dalam ragam penyajian yang lebih canggih.
Peluang pasar tempe yang prospektif ini, kiranya dapat mendorong dan memacu perajin tempe untuk lebih dapat memanfaatkan peluang tersebut. Tidak menutup kemungkinan kesempatan berusaha tempe ini mengundang orang-orang lain yang selama ini belum memahami dunia pertempean. Memang bagaimanapun, usaha tempe kedelai ini menjajikan keuntungan.

B. Rumusan Masalah
1. Bahan dan Peralatan ?
(a) Kebutuhan Bahan
(b) Kebutuhan Peralatan
2. Cara Membuat Tempe ?
3. Analisis Usaha Tempe ?:
4. Sasaran Pemasaran ?


BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

Sebelum usaha tempe kedelai ini kita lakukan, tentu diawali dengan langkah-langkah persiapan, yaitu : menyiapkan kebutuhan bahan maupun peralatan. Kebutuhan bahan dapat dipilah menjadi dua, yaitu (a) bahan baku berupa kedelai, dan (b) bahan pembantu berupa laru, daun pisang atau kertas, dan kayu bakar. Sedangkan kebutuhan peralatan akan dijelaskan setelah kita membahas kebutuhan bahan.
1. BAHAN DAN PERALATAN
(a) KEBUTUHAN BAHAN
1. Bahan Baku
Bahan baku tempe kedelai ialah biji kedelai. Dalam praktik, bahan baku ini sering dianggap sepele, sehingga akibatnya ptoduk tempe yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya perajin tempe masih sering menggunakan “asal kedelai” tanpa memperhitungkan kualitasnya dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi tempe.
a. Jenis Kedelai
Jenis kedelai dapat dipilah menjadi 4 macam, yaitu : kedelai kuning, kedelai hitam, kedelai hijau, kedelai coklat. Macam-macam jenis kedelai dapat didefinisikan sebagai berikut :
a.1. Kedelai kuning adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna kuning, putih atau hijau. Apabila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning pada irisan keeping bijinya.
a.2. Kedelai hitam adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hitam.
a.3. Kedelai hijau adalah kedelia yang kulit bijinya berwarna hijau, bila dipotong melintang memperlihatkan warna hijau pada irisan keping bijinya.
a.4. Kedelai cokelat adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna cokelat.
b. Biji Kedelai
Bentuk biji kedelai tergantung kultivarnya, yakni dapat berbentuk bulat, agak gepeng, dan sebagian besar bulat telur. Sedangkan besar dan bobotnya dibedakan menjadi tiga yakni :
b.1. Kedelai berbiji besar bila bobot 100 bijinya lebih dari 13 gram.
b.2. Kedelai berbiji sedang bila bobot 100 bijinya antara 11-13 gram.
b.3. Kedelai berbiji kecil bila bobot 100 bijinya antara 7-11 gram.
Biji kedelai terdiri daru dua bagian, yakni : kulit biji (testa), dan janin (embrio). Kulit biji ini beragam warna ada yang kunin, hijau, cokelat, hitam, atau caampuran di antara warna-warna tersebut. Kulit biji tersebut terdiri dari tiga bagian lapisaan sel. Sementara itu, janin terdiri dari kotiledon, plumula, dan poros hipokotil-bakal akar. Kotiledon merupakan bagian terbesar dari biji kedelai, berisi bahan makanan yang sebagian besar terdiri dari protein dan lemak.
c. Syarat Mutu
Untuk mendapatkan tempe berkualitas prima, kita harus memperhatikan sarat mutu biji yang hendak kita gunakan sebagai bahan baku.
c.1. Syarat Umum
c.1.1. Bebas dari sisa tanaman (kulit polong, potongan batang atau ranting), batu,kerikil, tanaah, atau biji-bijian lain.
c.1.2. Biji kedelai tidak luka atau bebas serangan hama dan penyakit.
c.1.3. Biji kedelai tidak memar atau retak.
c.1.4. Biji kedelai tidak keriput.
c.2. Syarat Pokok
Tingkat mutu kedelai dapat dipilah menjadi tiga, yakni : mutu I, mutu II, mutu III.1

1SK Mentan No. 501/Kpts/TP.830/8/1984

2. Bahan Pembantu
a. Laru Daun
Pada proses pembuatan tempe kedelai pastilah kita melakukan peragian. Ragi atau laru tempe antara lain didaptkan dari daun waru, daun jati, ataupun daun pisang bekas pembungkus tempe. Namun demikian, tidak seluruh permukaan daun tersebut mengandung laru, dan karena itu bagian yang terdapat laru dipisahkan, sedang sisa daun lainnya dibuang. Setelah itu, laru daun diremas-remas, lalu dicampurkan ke dalam biji kedelai yang hendak diperkirakan membutuhkan 2 atau 3 lembar daun yang mengandung laru.
Dalam praktik, kadang-kadang kita kesulitan memperoleh laru daun. Sementara itu kelemahan penggunaan laru daun ini adalah tidak dapat disimpan lama dan julmah pemakaiannya sulit dipastikan. Oleh karena itu, penyelesaiannya dengan pembuatan laru berbentuk tepung. Laru demikian ini dapat dbeli di pasar, atau justru kita membuat sendiri sembari memupuk jiwa wiraswasta.
b. Membuat Laru Tempe
Bahan-bahan yang digunakan meliputi tempe segar, beras, tepung terigu dan air. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan meliputi besek bambu, sendok, wajan, lumpang dan alu, ayakan, baskom, dan kompor.
Cara membuat : pertama-tama tempe segar diiris-iris tipis, lalu dijemur hingga kering. Dari irisan tipis tempe kering ditumbuk menjadi tepung, kemudian diayak halus.
Ambil beras lalu ditanak menjadi nasi. Setelah nasi dingin dicampur dengan tepung temp, kemudian diaduk sampai merata. Perbandingan nasi dengan tepung tempe adalah 1:1. Campuran nasi dan tepung tempe diperam. Caranya, campuran tersebut dibungkus daun pisang lalu dimasukkan ke dalam besek tertutup selama semalam. Esok paginya dilihat apakah nasi sudah ditumbuhi kapang (jamur). Nasi ini dijemur sampai kering, selanjutnya ditumbuk dan akhirnya diayak halus.
Ambil juga tepung terigu lalu disangrai. Setelah itu, tepung terigu dicampur dengan tepung nasi yang telah ditumbuhi kapang, dengan perbandingan 18:1. Jadilah sudah laru tempe, yang siap dugunakan sebagai inokulan dalam pembuatan tempe. 2

2 Haryoto, Tempe Kecipir, Yayasan Dian Desa, Majalah Tarik Th III No. 33, Yogyakarta, hlm. 10-19
(b) KEBUTUHAN PERALATAN
Mengingat usaha tempe ini biasanya dikerjakan secara tradisional dan ditekuni penduduk di pedesaan, maka peralatan yang dipersiapkan sebaiknya dari sumber daya setempat. Artinya, mudah dijangkau dan murah biayanya. Adapun peralatan yang dibutuhkan meliputi :
b.1. Tungku, digunakan untuk dapur memasak kedelai. Sebagian besra perajin tempe masih memakai tungku ala kadarnya, dan kurang memperhatikan nilai ekonomi dan lingkungan terhadpa kayu bakar yang digunakan. Kini sudah saatnya dirancang bangunkan sebuah tungku yang hemat energi.
b.2. Timbangan, digunkan untuk menimbang bahan-bahan yang hendak dikerjakan.
b.3. Panci, digunakan untuk merebus, meredam dan menguliti kedelai.
b.4. Ember, digunakan untuk mencuci dan meredam kedelai.
b.5. Tampah, digunakan untuk menampi, mendinginkan, meniriskan maupun tempat melakukan peragian.
b.6. Dandang, digunakan untuk menanak atau merebus kedelai.
b.7. Tenggok, yang terbuat dari anyaman bambu digunakan untuk memeram.
Karung Goni, digunakan untuk menutup kedelai yang diperam di dalam tenggok.3

3Standar Industri Indonesia. 0271-80
2. CARA MEMBUAT TEMPE
Pada dasarnya cara membuat tempe kedelai terdiri dari dua bagian besar, yaitu : proses pemasakan kedelai, dan dilanjutkan dengan proses fermentasi. Namun untuk menuju ke tindakan konkret dan rinci dalam pembuatan tempe ini, perlu ditempuh beberapa langkah sebagai berikut :
1. Penyortiran
Siapkan biji kedelai yang tua. Biji-biji tersebut disortir untuk memperoleh produk tempe kualitas prima. Caranya, biji-biji kedelai diletakkan pada tampah kemudian ditampi.
2. Pencucian I
Biji-biji kedelai dimasukkan ke dalam ember berisi air, dan akan lebih baik bila dicuci pada air yang mengalir. Dengan pencucian ini, kotoran-kotoran yang melekat maupun yang tercampur di antara biji dapat hilang.
3. Perebusan I
Perebusan pertama ini hanya berlangsung sekitar 30 menit. Caranya, biji kedelai dimasukkan kedalam panci, lalu direbus diatas tungku sampai biji kedelai tersebut setengah matang.
4. Peredaman
Setelah perebusan dirasakan cukup, kedelai rebesanterebut dibiaerkan teremdam semalam sehingga menghasilkan kondisi asam, Tujuannya, disamping melunakkan kedelai adalah untukmencegah pertumbuhan bakteri pembusuk selama fermentasi.
5. Pengupasan Kulit
Keeseokan harinya dilakukan pengupasan kulit ari. Caranya, kedelai diremas-remas dalam air, kemudian dikuliti dan terjadilah keping kedelai.
6. Pencucian II
Sekali lagi keping kedelai dicuci. Caranya, mirip seperti mencuci beras yang hendak ditanak.
7. Perebusan II
Perebusan tahap keduaa ini lebih tepat dilakukan seperti menanak nasi, hingga keping kedelai menjadi matang. Tujuannya adalahi untuk membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh selama perendaman.
8. Penirisan dan Pendinginan
Kedelai diambil dari dandang, diletakkan diatas tampah dan diratakan tipis-tipis. Biarkanlah dingin sampai permukaan keping kedelai kering dan airnya menetes habis.

9. Peragian
Tahap peragian ini memegang peranan penting, berhasil tidaknya membuat tempe kedelai. Sebab, tempe ini dihasilkan dari kedelai yang diolah secara fermentasi dengan menggunakan candawan jenis Rhizopus sp. Cendawan atau kapang ini diperoleh daru laru,baik berupa laru maupun laru tempe atau tepung ragi. Sebagai ancer-ancer: untuk 1 Kg kedelai dibutuhkan 1 gram laru. Namun sesungguhnya, jumlah laru yang diberikan bergantung pada cuaca. Adapun sejauh mana variable cuaca mempengaruhi kuantitas penggunaan laru,ternyata perlu diteliti lebih memdalam lagi.
Cara peragian, laru diusap-usapkan atau dicampur dan diaaduk bersama kedelai hingga merata benar. Setelah itu, diangin-anginkan sebentar.
10. Pembungkusan
Kedelai yang sudah bercampur merata dengan laru dibungkus. Ada yang membungkus dengan daun pisang, terkadang bagian luarnya masih dilapisi kertas. Pekerjaan ini memerlukan satu per satu.Ada pula yang membungkus dengan plastic, dengan ukuran lebih besar dan memanjang.
11. Pemeraman
Akhirnya kita melakukan pemeraman. Bila pembungkusnya daun, maka pemeraman dilakukan didalam tenggok yang ditutup karung goni. Namun, bila pembungkusnya plastic, makapemeraman dilakukan diatas kajang-kajang bambu yang diletakkan pada rak-rak.
Setelah diperam semalam, biasanya kita lakukan penusukan dengan lidi pada plastic pembungkus tersebut. Tujuannya agar udara segar dapat masuk kedalam bahan tempe. Setyelah itu diperam satu malam lagi, dan esok pagi jadilah tempe yang siap dikonsumsi atau dijual.4

4B. Serwono, Membuat Tempe dan Oncom, Penebar Swadaya, Jakarta, 1991,hlm.13-15
3. ANALISIS USAHA TEMPE
Mari kita mencoba menghitung mulai dari target produksi tempe kedelai yang diharapkan, lalu kebutuhan biaya termasuk investasi peralatan, dan akhirnya keuntungan yang didapatkan. Namun sebelumnya, tentu kita telah mempersiapkan dan merencanakan kegiatan usaha tempe ini :
o Nama Produk : tempe kedelai
o Kebutuhan bahan baku per hari 15 Kg kedelai
o Hasil produksi tempe per hari 750 bungkus
o Harga tempe per bungkus Rp. 25,00
o Perode produksi 1 bulan = 25 hari kerja
Dengan demikian dalam waktu satu bulan dapat dihitung sebagai berikut :
a. Outflow (Produksi)
• Produksi tempe per bulan = 25 x 750
= 18.750 bungkus
• Nilai produksi per bulan = 18.750 x Rp. 25,00
= Rp. 468.750,00
b. Kebutuhan Peralatan5
No. Nama alat Jumlah Nilai Umur Penyusutan
1. Tungku 1 buah Rp. 25.000,00 2 tahun Rp. 1.042,00
2. Panci 2 buah Rp. 10.000,00 2 tahun Rp. 417,00
3. Ember 2 buah Rp. 16.000,00 2 tahun Rp. 667,00
4. Tampah 2 buah Rp. 2.000,00 1 tahun Rp. 167,00
5. Tenggok 2 buah Rp. 6.000,00 1 tahun Rp. 500,00
6. Karung goni 5 buah Rp. 3.000,00 1 tahun Rp. 250,00
7. Dandang 2 buah Rp. 20.000,00 2 tahun Rp. 833,00
T o t a l Rp. 82.000,00 Rp. 3.876,00

5Standar Industri Indonesia. 0271-80
c. Inflow (Biaya-biaya)
1. Penyusutan alat = Rp. 3.876,00
2. Sewa tempat/gudang = Rp. 7.124,00
3. Kedelai = 15 x 25 x Rp. 850,00 = Rp. 318.750,00
4. Laru = 0,375 kg x Rp. 4.000,00 = Rp. 1.500,00
5. Kayu bakar = 25 x Rp. 1.000,00 = Rp. 25.000,00
6. Daun pisang dan kertas
7,5 x Rp. 200,00 = Rp. 1.500,00
7. Tenaga kerja :
- Penyotiran =
6 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 6.000,00
- Peredaman =
6 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 6.000,00
- Perebusan =
6 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 6.000,00
- Pencucian =
6 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 6.000,00
- Peragian =
8 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 8.000,00
- Pembungkusan =
8 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 8.000,00
- Pemeraman =
8 HOK x Rp. 1.000,00 = Rp. 8.000,00
Subtotal (7) = Rp. 48.000,00
8. Total biaya (1 s/d 7 ) = Rp. 405.750,00

d. Keuntungan6
1. Nilai produksi = Rp. 468.750,00
2. Total biaya = Rp. 405.750,00
3 Keuntungan per bulan = Rp. 63.000,00

6FL. Widie Kastyanto, Anggaran Pengeluaran dan Keuntungan Produksi, 1984.
4. SASARAN PEMASARAN
Tempe merupakan nama yang tidak asing lagi bagi masyarakat kita, dari tingkat pedesaan hingga tingkat kota. Kini konsumen tempe tidak hanya rakyat biasa, melainkan mencangkup pula masyarakat kelas menengah ke atas. Hampir setiap hari dari berbagai pengelola produksi tempe terus memproduksi usahanya tersebut, maka tak heran lagi bila kita menemui tempe dari berbagai bentuk dan ukurannya. Disamping nilai gizinya tinggi juga harganya pun murah, serta mudah memperolehnya.
Dengan melihat kandungan nilai gizi tersebut, yang dulunya tempe hanya dijadikan konsumsi kelas rakyat, namun sekarang sudah dinikmati segala lapisan-bahkan di restoran elit dan hotel berbintang pun tak luput menyajikan tempe dalam ragam penyajian yang lebih canggih.
Target yang kami tuju dari produksi tempe ini adalah Swalayan, Pasar, hingga pedagang asongan. Kami yakin untuk tahun-tahun berikutnya produksi kami akan meningkat, hal ini disebabkan karna mayoritas masyarakat kita merespon positif tentang tempe, jika produksi kami meningkat, kami akan mentargetkan atau memasarkan ke dunia Internasional. Hal ini disebabkan karena sebagian masyarakat dunia pernah merasakan kelezatan dari tempe tersebut, maka tak heran jika masyarakat dunia terutama Amerika Serikat, Jepang, Korea ingin meneliti pembuatan tempe tersebut. Selain usaha tempe kami terkenal, nama bangsa kita akan dikenal di dunia Internasional.
Peluang pasar tempe yang prospektif ini, kiranya dapat mendorong dan memacu parajin tempe untuk dapat lebih memanfaatkan peluang tersebut. Tidak menutup kemungkinan kesempatan berusaha tempe ini mengundang orang-orang lain yang selama ini belum memahami dunia pertempean, usaha tempe kedelai ini menjajikan keuntungan.


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan antara lain :
1. Bahan dan peralatan dalam produksi tempe mempunyai berbagai jenis ragam, baik dari segi bahan maupun peralatan. Namun keduanya saling terkait, bila salah satu unsur diatas tidak maksimal didalam praktik/proses pembuatan tempe, serta tanpa memperhitungkan kualitasnya dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi tempe, maka hasilnya pun tidak optimal.
2. Cara membuat tempe pada dasarnya terdiri dari dua bagian besar yaitu : proses pemasakan kedelai,dan dilanjutkan dengan proses fermentasi.
Untuk mendapatkan hasil tempe yang optimal, haruslah sesuai dengan langkah-langkah dalam pembuatan tempe yang tertera pada uraian di atas.
3. Analisis usaha tempe merupakan salah satu unsur yang penting, sebelum melangkah ke proses pembuatan tempe, jadi kita bisa mengetahui target biaya yang dikeluarkan maupun keuntungan yang kita peroleh, dari sisi ini kita bisa mengetahui berapa jumlah anggaran yang masuk dan keluar per bulannya.
4. Sasaran pemasaran merupakan target yang perlu dipertimbangkan, dari sini kita bisa mengetahui responden masyarakat tentang usaha tempe ini, jika responden masyarakat positif, maka akan mempengaruhi nilai keuntungan yang maksimal.

2. Saran
Peluang pasar tempe yang prospektif ini, kiranya dapat mendorong dan memacu perajin tempe untuk lebih dapat memanfaatkan peluang tersebut. Tidak menutup kemungkinan kesempatan berusaha tempe ini mengundang orang-orang lain yang selama ini belum memahami dunia pertempean. Memang bagaimanapun, usaha tempe memang menjajikan keuntungan.


DAFTAR PUSTAKA



Anonymous, Agricultural Compendium for Rural Development in the Tropics and Subtropics, Ilaco, Amsterdam-Oxford-New York, 1981, hlm. 481.

B. Sarwono, Membuat Tempe dan Oncom, Penebar Swadaya, Jakarta, 1991, hlm. 13-15.

FL. Widie Kastyanto, Membuat Tempe, Penebar Swadaya, Jakarta 1990, hlm. 28.

Haryoto, Tempe Kecipir, Yayasan Dian Desa, Majalah Tarik Th III No. 33, Yogyakarta, hlm. 10-19

Hermana, “Pengolhan Kedelai Menjadi Berbagai Bahan Makanan” dalam Kedelai, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor, 1985, hlm. 441-469.

Made Astawan dan Mita Wahyuni Astwan, Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna, Akademika Pressindo, Jakarta, 1991, hlm. 94-96 & 102-107.

Artikel Entrepreneurship

Artikel tentang Pak Ci ( Ciputra )

Ir. Ciputra, atau biasa dipanggil Pak Ci, adalah seorang entrepreneur yang sangat sukses. Ia adalah tokoh di belakang pendirian tiga group bisnis bidang properti terkemuka di Indonesia; group Jaya, group Metropolitan dan group Ciputra. Bersama ketiga kelompok bisnis di atas, Pak Ci terlibat dalam pembangunan lebih dari 20 pengembangan skala kota, 10 pusat belanja, 10 hotel berbintang, 5 padang golf dan pusat rekreasi terbesar di Indonesia (Ancol). Pak Ci adalah seorang yang sangat inovatif. Ia mampu mengubah sebuah padang ilalang menjadi kota baru, mengubah tempat pembuangan sampah menjadi resor yang indah dan kawasan kumuh menjadi wilayah pencakar langit tempat ribuan orang bekerja dan beraktifitas. Pak Ci pun aktif mengembangkan bisnisnya di manca negara di antaranya di Singapura, Vietnam dan India dan sedang mempersiapkan untuk masuk ke China dan Timur Tengah.

Sebagian buah keberhasilan bisnisnya ia bagikan pada masyarakat dalam bentuk sumbangan dan dukungan untuk kegiatan pendidikan, seni dan olah raga. Pak Ci terlibat di lebih 10 lembaga pendidikan, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Dalam bidang olah raga Ia memimpin yayasan Jaya Raya yang menghasilkan juara-juara dunia di bidang bulu tangkis termasuk peraih medali emas dalam Olimpiade.

Melalui profesinya ribuan orang mendapat kesempatan kerja dan ratusan ribu anggota keluarga mendapatkan nafkah dan masa depannya. Di usia 75 tahun ia masih aktif mengembangkan bisnisnya dan dengan penuh semangat mendorong tumbuhnya entrepreneur-entrepreneur tangguh Indonesia, baik melalui Universtias Ciputra, The School of Entrepreneurs maupun melalui pendekatan-pendekatan ke berbagai pihak agar dibentuk Entrepreneurship Center di kampus-kampus terkemuka, dan pengintegrasian pembelajaran entrepreneurship dalam kurikulum nasional mulai dari TK sampai dengan Perguruan Tinggi.

Meskipun prestasinya sungguh luar biasa, Pak Ci tetap tampil sederhana dan rendah hati. Ia sangat menghargai orang-orang yang ditemuinya, suka memberikan pujian dan memberikan semangat. Bertemu dengannya saya jadi ingat ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk.

Indonesia Butuh 4 juta Entrepreneur Baru

Menurut David McClelland, untuk menjadi makmur suatu negara butuh entrepreneur paling tidak 2 % dari warganya. Pada tahun 2007 di Indonesia diperkirakan ada 400.000 entrepreneur atau 0.18 % , seharusnya kita punya 4.4 juta entrepreneur. Sebagai bahan perbandingan, Singapura di tahun 2005 punya 7.2 % entrepreneur dan Amerika Serikat di tahun 2007 punya 11.5 %.

Mengapa entrepreneurship sangat dibutuhkan di Indonesia? Tanpa entrepreneurship penganguran terdidik akan semakin banyak jumlahnya. Berdasarkan data Februari 2007 ada 740.206 penganggur lulusan perguruan tinggi. Dalam waktu enam bulan ( Agustus 2006 – Februari 2007) jumlah penganggur lulusan perguruan tinggi naik sebesar 66.578 atau 9.88 %. Tanpa entrepreneurship sumber energi, komoditi dan mineral yang melimpah di Indonesia tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kesejahteraan rakyat, negarapun tidak akan mendapatkan kutipan pajak, retribusi dan fasilitas publik swadaya.

Orientasi pendidikan kita saat ini umumnya memang membangun manusia pencari kerja dan bukan membangun manusia pencipta kerja, itu sebabnya generasi muda kita umumnya tidak memiliki kecakapan untuk menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri. Pertanyaan yang mungkin timbul adalah apakah entrepreneur-entrepreneur baru bisa dibentuk melalui pendidikan? Untuk menjawab pertanyaan ini, Peter Drucker berkata :”The entrepreneurial mystique? It's not magic, it's not mysterious, and it has nothing to do with the genes. It's a discipline. And, like any discipline, it can be learned.”

Untuk menghasilkan entrepreneur-entrepreneur baru, mengatasi kemiskinan dan pengangguran, sekaligus membangun kesejahteraan dalam satu generasi, Ciputra mengajukan strategi jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek Ciputra mengusulkan dibangunnya entrepreneurship center di kampus-kampus terkemuka. Center ini berfungsi melakukan pendidikan dan pelatihan entrepreneurship, pengkajian kurikulum entrepreneurship, inkubator, konsultasi dan dukungan jaringan finansial dan mentoring bagi para entrepreneur baru. Dalam jangka panjang Ciputra mengusulkan pengintegrasian pembelajaran entrepreneurship dalam kurikulum nasional mulai dari TK sampai dengan Perguruan Tinggi. Ia pun mengusulkan Kerja Sama Gerakan Nasional Budaya Wirausaha antara pihak pemerintah, akademisi, kalangan bisnis dan tokoh sosial, agar budaya entrepreneurship bisa terbangun di Indonesia.

Bakat Entrepreneur Bisa Dikembangkan oleh Siapa Saja

Bagi Ciputra, ada tiga ciri utama seorang entrepreneur. Pertama seorang entrepreneur mampu melihat peluang bisnis yang tidak dilihat atau diperhitungkan orang lain. Ia melihat kemungkinan dan memiliki visi untuk menciptakan sesuatu yang baru yang memicu semangatnya untuk bertindak. Kedua seorang entrepreneur adalah orang yang bertindak untuk melakukan inovasi, mengubah keadaan yang tidak/kurang menyenangkan menjadi keadaan seperti yang ia inginkan. Tindakannya lah yang membuat seorang entrepreneur menjadi inovator. Ketiga, seorang entrepreneur adalah seorang pengambil risiko, baik risiko yang bersifat financial (baca : rugi), maupun risiko yang bersifat mental (baca : dianggap gagal). Dengan 3 ciri tersebut, seorang entrepreneur sejati seperti seorang “perintis kawasan baru” atau “pendaki gunung” yang selalu mencari puncak-puncak baru untuk ditaklukan.

Dalam pandangan Ciputra, orang yang memiliki atau mengelola sebuah bisnis, belum tentu seorang entrepreneur. Orang bisa memiliki sebuah bisnis dengan meniru bisnis yang sudah berhasil, seperti banyak dilakukan dalam sistem waralaba. Pebisnis model ini tidak memulai dengan visi , tidak melakukan tindakan-tindakan yang inovatif dan juga tidak mengambil risiko yang besar. Mereka itu bisa disebut pebisnis atau pengusaha, tapi bukan entrepreneur seperti yang dimaksud oleh Ciputra.

Berikut ini adalah nasihat dari Ciputra bagi para entrepreneur muda :

  • Jangan tinggalkan pendidikan formal, tetapi justru gunakan pendidikan formal untuk mempelajari lebih banyak hal demi mewujudkan impian sebagai entrepreneur.

  • Tidak ada kata terlalu cepat atau terlalu lambat untuk menjadi entrepreneur. Yang penting pelajari segala hal untuk mewujudkan impian itu.

  • Pilih bidang usaha yang sesuai dengan minat, pendidikan dan bakat-bakat terbaik kita. Bidang usaha yang menumbuhkan mimpi-mimpi yang memasok energi dan membuat kita tetap bersemangat untuk berusaha, terutama jika sejumlah tangtangan menghambat langkah ke depan.

  • Mimpikanlah apa yang Anda inginkan dan inginkanlah apa yang Anda impikan. Bangunlah keyakinan bahwa itu bisa diperoleh melalui kerja keras yang terfokus. Ceritakan pada diri sendiri dan teman-teman dekat apa yang Anda impikan dan kerjakan. Bertindaklah mulai saat ini untuk mewujudkannya.

  • Ide bisnis dapat datang dengan berbagai cara pada waktu dan tempat yang tidak terduga. Supaya tidak mudah hilang, biasakanlah untuk mencatat ide-ide tersebut.

  • Seorang calon entrepreneur harus membiasakan diri untuk tertarik pada pada praktik-praktik bisnis terbaik, dilingkungan terdekatnya ataupun dimana saja. Praktik-praktik terbaik itu bukan saja untuk dipelajari tapi lebih dari itu untuk ditiru dan dijalankan sesuai dengan konteks bisnis yang ada.

  • Meniru adalah proses inovatif jika yang kita lakukan adalah meniru praktik-praktif bisnis terbaik, mengambil puncak-puncak pencapaian itu dan meramunya menjadi sesuatu yang lebih baik dan lebih bernilai sesuai dengan konteks usaha kita sendiri.

Sepuluh Prinsip Bisnis Ciputra dalam Memulai Bisnis Baru

Banyak orang sadar akan pentingnya entrepreneurship dan ingin mulai menjadi entrepreneur, akan tetapi mereka masih bingung mulai nya dari mana. Di dalam memulai bisnis baru Ciputra memiliki sepuluh prinsip bisnis, yaitu :

  1. Mulailah dari apa yang ada pada diri kita, mulailah dari apa yang bisa kita lakukan. Coba sadari pengetahuan apa yang kita miliki, atau keahlian apa yang bisa dijadikan pijakan awal, dan adakah kawan-kawan yang bisa diajak ikut berbisnis? Mulailah dari langkah-langkah kecil, sampil merajut visi dan mimpi besar berikutnya.

  2. Carilah mitra bisnis yang melengkapi keunggulan Anda. Pola kemitraan akan memperkecil risiko masing-masing pihak dan memperbesar kemungkinan berhasilnya, karena dapat mempermudah dan mempercepat proses bisnis itu sendiri.

  3. Mencari mitra bisnis seperti mencari istri. Tak perlu tergesa-gesa, namun gunakan semua jalur yang mungkin untuk memperoleh informasi seluas-luasnya. Jika masih ragu bersabarlah, jika Anda yang perlu rendah hatilah. Tetaplah memperjelas kriteria dari mitra bisnis yang kita cari.

  4. Yakinkanlah mitra bisnis Anda dengan memberikan manfaat nyata, bukan janji-janji. Dan selalulah menjaga komitmen untuk memberikan manfaat bagi kedua belah pihak agar reputasi terjaga dan hubungan bisa terjaga langgeng.

  5. Cermatlah membaca pasar. Jadilah yang terdepan dalam mengantisipasi siklus. Masukilah pasar yang belum matang.

  6. Ketepatan mengatakan “no” sama pentingnya dengan ketepatan mengatakan “yes”. Jangan takut menunda menggarap sebuah bisnis baru jika Anda yakin keputusan itu mendatangkan hasil yang lebih baik di masa depan.

  7. Ada kalanya seorang entrepreneur harus menggunakan intuisinya dalam mengambil keputusan. Intuisi dapat dilatih dan dipelajari berdasarkan pengalaman. Semakin sering seorang entrepreneur dihadapkan pada keharusan mengambil keputusan pada saat sulit, semakin tajam intuisinya.

  8. Seorang entrepreneur adalah juga seorang pemasar yang tangguh. Ia tak kenal lelah menceritakan dan meyakinkan sebanyak mungkin orang pada saat kapanpun tentang betapa bernilainya bisnis baru yang ia garap.

  9. Seorang entrepreneur yang sukses, membangun dan bekerja lewat organisasinya. Dalam tahap apapun bisnis Anda, usahakan membangun organisasi.

  10. Jangan memikirkan kemungkinan gagal. Pusatkan perhatian pada upaya mencapai hasil terbaik. Dan bila belum juga berhasil, upayakan lagi sampai berhasil.

Prestasi, nasihat dan prinsip-prinsip Ciputra telah menjadi inspirasi dan membangun motivasi yang lebih besar lagi bagi saya untuk merealisasikan mimpi-mimpi saya membangun bisnis yang inovatif, menciptakan lapangan kerja baru dan turut mensejahterakan bangsa. Semoga Anda pun merasakan hal yang sama. Mari kita kobarkan semangat entrepreneurship yang benihnya mungkin saja sudah tertanam namun terpendam dan belum tumbuh, tersembunyi terlalu lama di dalam hidup kita.

Selamat membangun bisnis.

materi kuliah

RINGKASAN KULIAH

A.Materi Kuliah

1. Pendahuluan
1) Landasan Pemikiran
2) Peran Enterpreneurship Dalam Suatu Negara
3) Mengapa Harus Jadi Enterpreneurship
4) Peran Pemerintah Thdp Pengembangan Enterpreneurship

2. Tentang Kewirausahaan / Kewiraswastaan / Enterpreneurship
1) Pengertian Kewirausahaan/Kewiraswastaan / Enterpreneurship
2) Yang Tergolong Enterpreneurship
3) Mengapa menjadi Enterpreneurship

3. Tentang Kewirausahaan / Kewiraswastaan / Enterpreneurship
1) Beberapa Catatan Tentang Enterpreneurship
2) Mental Pegawai Vs Mental Enterpreneurship
3) Enterpreneurship Bangsa Indonesia
4) Kemapuan Yg Diperlukan Dlm Enterpreneurship
5) Sikap dan Profil Enterpreneurship Dlm Menjalankan Usahanya
6) Kapan Usaha Anda Dimulai

4. Enterpreneurship Sebagai Manusia Yg Bertekad Menjadi Paripurna
1) Profesi Dlm Kehidupan
2) Perbedaan Pegawai & Enterpreneurship
3) Perbedaan Pengusaha dan Koruptor
4) Apakah Koruptor Dapat Melakukan Taubat
5) Korupsi di Kalangan Pengusaha Swasta
6) Mengapa & Bagaimana KKN Dilakukan
7) Sebab-2 Pengusaha Swasta KKN
8) Ciri-2 Konglomerat Hitam
9) Mengapa KKN Suliat Diberantas

5. Mengapa Enterpreneurship di Indonesia Kurang Berkembang
1) Penyebab dari Masyarakat & Pemerintah
2) Anggapan Setiap Individu

6. Apa yg Akan Dijual Para Enterpreneurship
1) Konsep Menjual Ide & Solusi
2) Kreativitas & Inovasi
3) Daur Hidup Produk
4) Tiga Bagian Keterkaitan Usaha

7. Memperluas Pergaulan Membangun Usaha
1) Pergaulan Bagi Seorang Enterpreneurship
2) Mengapa Bergaul Hrs Dibiasakan
3) Personal Network

8. Kegagalan & Kesuksesan Usaha
1) Kegagalan Suatu Usaha
2) Faktor Internal & Eksternal Kegagalan
3) Bentuk-2 Kegagalan
4) Cara Posistif Memandang Kegagalan
5) Resiko Yg Dihadai Seorang Enterpreneurship
6) Resiko Yg Dihadapi Seorang Enterpreneurship
7) Menyiasati Resiko Dlm Bisnis
8) Kesalahan Persepsi Dlm Bisnis
9) Kesuksesan Dlm Suatu Usaha
10) Proses Mencapai Tujuan


9. Pemasaran & Salesmanship
1) Pemasaran
2) Salesmanship
3) Persiapan & Cara Salesmanship Menghadapi Pembeli
10. Modal
1) Pengertian Modal
2) Jenis-2 Modal
3) Pemanfatan Modal
4) Siklus Modal
5) Bagaimana Menanamkan Modal
6) Menggali Sumber Modal Untuk Mulai Bisnis
7) Bagi Yg Tidak Punya Modal Uang
8) Usaha Untuk Para Pensiunan

11. Hukum & Etika Bisnis
1) Pengetahuan Hukum Dlm Bisnis
2) Bagaimana Mengetahui & Menerapkan Hukum
3) Usaha Formal & Informal
4) Mengapa Pengusaha Pemula & UKM Kurang Peduli Legalitas Perusahaan
5) Hak Asasi Kepemilikan Intlektual (HAKI)
6) Paten, Hak Cipta & Merk
7) Trade Secret (Rahasia Dagang)
8) Etika Bisnis

12. Profesionalisme
1) Pengertian Profesional & Profesionalisme
2) Hirarki Kebutuhan Manusia
3) Yang Diperlkukan Utk Menjadi Profesionalisme
4) Yang Patut Dipertahankan Bagi Seorang Profesionalisme
5) Yang Harus Dilakukan Bagi Seorang Profesionalisme

13. Kepemimpinan (Leadership)
1) Apakah Kepemimpinan itu ?
2) Organisasi, Manajemen dan Pemimpin
3) Mengapa Pemimpin Diperlukan
4) Fungsi Pemimpin
5) Proses Belajar Menjadi Pemimpin Bagi Mahasiswa
6) Bekal Menjadi Pemimpin
7) Pemimpin Ideal Yg Didambakan
8) Faktor Penyebab Kegagalan Memimpin